"Hari ini buah perambos harus dipetik semuanya," kata Ibu sambil membersihkan alas meja di pintu dapur. Perkataan Ibu ini didengar oleh Hans. Ia mendapat pikiran yang baik. Ia sedang berjalan-jalan seorang diri di kebun. Karena ia tidak berteman ia tidak tahu apa yang hendak dikerjakannya. Ibu sedang asyik bekerja dengan babu Ani di dapur. Tentu Ibu tak dapat memperhatikan Hans. Bagaimana kalau Hans turut membantu Ibunya? Buah perambos itu hendak dipetiknya semuanya dan tentu Ibu akan senang sekali. Tambahan pula si Hans ingin sekali makan buah perambos.
Tidak lama sesudah itu si Hans sudah berada di kebun tempat buah perambos berada. Buahnya yang merah-merah itu dipetik kemudian dimakannya. Rasanya agak asam, namun tidak mengapa. Bukan main, banyak benar buahnya pohon itu! Hans mengerti, bahwa ia tidak dapat menghabiskan buah perambos itu semua. Hal ini sungguh amat sayang, sebab ia ingin membantu Ibu dengan jalan menghabiskan buah-buah perambos itu, sehingga pohonnya menjadi bersih sama sekali. Bukankah Ibu telah mengatakan demikian tadi? Tiba-tiba si Hans mendengar suara anak-anak. Tidak lama kemudian ia melihat Ko dan Joke, anak-anak tetangga. Maukah mereka itu menolong dia memetik buah-buah perambos itu? Dengan tidak dipikir-pikir lagi Hans keluar dari pagar belakang. Ia menyebrang jalan, kemudian ia berdiri di muka pintu kebun tetangganya. Ko dan Joke sedang bermain-main di kebunnya.
"Hai!" seru Hans. "Sukakah kamu buah perambos? Di kebun kami ada pohon perambos yang banyak buahnya. Ibuku hendak memetik buahnya habis-habis. Dan pohon itu harus dibersihkan. Ikutkah kamu memetik buah-buah itu?"
"Kalau Lis boleh ikut serta." sahut Ko.
Hans tidak berkeberatan, walaupun ia tidak mengerti siapakah Lis itu.
"Lis ada di sini, sebenarnya ia tinggal di Amsterdam. Hari Minggu ia akan pulang." kata Joke.
Berempat mereka pergi ke pohon perambos itu. Dalam sekejap mata saja buah perambos telah habis dipetik anak-anak itu.
"Sekarang saya hendak mengatakan kepada Ibu, bahwa buah perambos itu telah kami petik habis-habis. Tentu Ibu akan merasa senang. Barangkali kamu akan diberi sepotong kue karena bantuanmu" kata Hans.
"Bantuan apa?" tanya Ko.
"Membantu menghabiskan buah-buah itu!" sahut Hans.
Sebenarnya Ko sedikitpun tidak mengerti apa yang dimaksudkan Hans. Akhirnya ia ikut dengan Hans.
Ibu sedang sibuk bekerja ketika anak-anak itu masuk ke dapur.
"Bu! Kami telah membantu Ibu. Buah perambos itu telah kami petik habis-habis. Dan pohonnya telah bersih."
"Bagus!' seru Ibu. "Terima kasih atas bantuanmu. Bawalah buah-buah itu ke sini, inilah tempatnya."
Mendengar itu si Hans tercengang. Buah-buah itu di bawa ke dapur? Tidak mungkin!
"Sudah habis kami makan, Bu!" jawab Hans.
"Sudah habis kamu makan?" tanya Ibu dengan herannya.
"Bukankah Ibu tadi mengatakan, bahwa buah itu harus dipetik semuanya? Pohon itu harus bersih, bukan?" kata Hans.
"Memang!" sahut Ibu. "Tetapi Ibu mengatakan juga, bahwa buah-buah itu akan dijadikan sele. Mengapa tidak kamu pikirkan lebih dahulu? Apakah sebabnya buah itu harus dipetik habis-habis?"
"Nah, salahkah sangkaanku?" kata Ko. "Sedangkan kamu tadi mengatakan, bahwa tentu kita akan diberi kue, karena telah membantu memetik buah-buah itu."
Ibu tertawa tergelak-gelak.
"Tak usah khawatir! Akan diberi juga. Untuk yang akan datang Hans, janganlah mengambil kesimpulan dari satu perkataan saja."
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar