Raja yang kejam itu amat marah. Ketika ia memerintahkan pengawalnya menangkap pengelana itu, sang Pengelana berkata, "Perasaan Paduka yang mudah tersinggung itu telah membuktikan kata-kata hamba. Raja yang bijak tak pernah bertindak gegabah. Perlu Paduka ingat, nama hamba sudah terkenal di mana-mana. Semua raja memandang hamba dengan penuh hormat."
Raja pun terpaksa menyimpan kemarahannya. Ia mengangguk-angguk. Dan sang Pengelana pun meneruskan kata-katanya, "Jika tidak tolol, Paduka pasti bisa menjawab tiga pertanyaan hamba."
"Apa pertanyaanmu, orang asing!" sahut Raja galak.
"Pertama: Di mana letak pusat bumi? Kedua: Berapa banyak bintang di langit? Dan ketiga: Apakah yang diinginkan Sakaraya, Sang Raja Dewa, terhadap negeri ini?"
Raja kebingungan. Sang Pengelana mengetahuinya. Maka berkatalah dia, "Paduka boleh menyuruh siapa saja untuk menjawab. Hamba beri waktu, tiga hari."
Segera Raja mengumpulkan semua menteri, penasihat, dan warga yang cerdik. Dan memerintahkan mereka mencari jawabannya dalam tiga hari itu!
Ketika sang Pengelana kembali, para menteri siap memberi jawaban. Namun dengan mudah Pengelana membuktikkan bahwa jawaban mereka salah. Sampai menjelang hari ketiga, tak ada seorang pun yang bisa menjawab pertanyaan itu. Hati Raja semakin murka. Orang yang gagal memberi jawaban, dijebloskan ke penjara.
Hari ketiga pun tibalah. Sang Pengelana sudah tiba di istana pagi-pagi. Kali ini tidak ada lagi orang yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Tinggal Raja dan sang Pengelana yang duduk saling berhadapan. Mau tidak mau, Raja sendiri yang harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Tapi apa jawabannya?
Peristiwa di istana itu terdengar oleh seorang penggembala kambing yang masih muda. Ia berusaha ikut mencari jawaban dari ketiga pertanyaan itu. Tiba-tiba ia seperti mendapat ilham. Maka bergegaslah ia ke istana.
Anak gembala berpakaian rombeng itu tidak diizinkan masuk ke istana. Namun ia berkata pada para pengawal istana, "Izinkan aku masuk. Aku hendak menjawab ketiga pertanyaan dari Pengelana. Nasib negeri ini berada di tanganku!"
Sang Raja yang sedang putus asa mendengar keributan di gerbang. Ia segera menyuruh penggembala itu menghadapnya.
"Anak Gembala," kata Raja, "Jadi kau hendak menjawab tiga pertanyaan itu?"
"Benar, Yang Mulia!" sahut Penggembala.
"Tahukah kau, bila gagal, kau akan menerima hukuman?"
"Ya, hamba sudah mengetahuinya."
"Baiklah! Kalau begitu, lekas jawab pertanyaan-pertanyaan itu!"
Anak gembala itu kemudian meletakkan ujung tongkat gembalanya di lantai, di depan kaki Raja. Katanya pada Pengelana, "Di sinilah letak pusat bumi! Bila tidak percaya, Anda harus membuktikan bahwa jawaban saya salah!"
Pengelana mengangguk membenarkan jawaban anak gembala.
"Kini apa jawaban pertanyaan kedua?" tanya Pengelana kemudian.
Anak gembala itu kemudian menghamparkan jubahnya yang terbuat dari kulit kambing, di lantai di hadapan Raja.
"Jumlah bintang-bintang di langit sama dengan jumlah bulu-bulu yang ada pada jubahku ini. Nah, silahkan menghitungnya sendiri!" kata Penggembala.
Sekali lagi Sang Pengelana mengangguk membenarkan.
"Kini, apa jawaban dari pertanyaan terakhir?" tanya Sang Pengelana.
"Hmm, agak sulit tapi bisa kujawab," sahut Penggembala, "Yang Mulia, izinkanlah hamba memakai pakaian kebesaran Paduka, dan memegang pedang kerajaan Paduka. Setelah itu, hamba mohon agar Paduka turun sebentar dari tahta."
Karena takjub akan keberanian dan kecerdikan Penggembala, tanpa berpikir panjang Raja meluluskan semua permintaannya. Setelah mengenakan pakaian kebesaran dan memegang pedang kerajaan, duduklah Penggembala di tahta kerajaan. Begitu duduk, berserulah ia kepada para prajurit di situ, "Hai, para prajurit, tangkap raja tolol dan kejam ini dan kucilkan dari istana! Ia telah menghukum orang-orang yang tidak berdosa."
Kemudian kepada Pengelana, Gembala yang kini duduk di tahta kerajaan berkata, "Pengelana, apa yang telah saya perbuat adalah apa yang diinginkan Sakaraya terhadap negeri ini. Nah, semua pertanyaan Anda kini telah terjawab!"
Pengelana tersenyum dan mengangguk. Kini anak gembala itu diangkat warga negeri itu menjadi raja. Menggantikan raja mereka yang tolol dan lalim. Sementara itu Sang Pengelana meneruskan perjalanan untuk menambah pengalaman dan pengetahuannya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar