Senin, 30 Mei 2016

Kumpulan Dongeng Bobo 02. Story 7 - Sebuah Penantian



Ada seorang petani muda yang tak sabar menunggu kekasihnya di bawah pohon. Ia memang seorang yang tidak sabaran. Ia ingin mendapatkan segala sesuatu dengan cepat. Baginya dunia sangat menyebalkan, karena lamban.

Tiba-tiba seorang kakek kerdil berdiri di hadapannya. "Aku tahu apa yang kau inginkan!" kata kakek itu. "Ambillah tombol ini. Pasangkanlah pada bajumu." Kakek kerdil itu memberikan sebuah tombol berbentuk kancing baju.

"Andai kamu tidak sabar menunggu sesuatu, putarlah tombol ini ke kanan. Maka kau akan melewati waktu yang membosankan itu. Dan sampai pada waktu yang kau inginkan!" kata kakek itu lagi.

Petani muda itu sangat senang. Ia padang tombol ajaib itu di bajunya. Dan segera mencoba memutarnya. Hup! Saat itu juga kekasihnya telah berdiri di depannya sambil tersenyum. Wah, menyenangkan sekali!

"Tapi aku akan lebih senang andai hari pernikahan tiba!" pikirnya. Ia memutar tombol itu lagi. Maka dalam sekejap ia dan kekasihnya berada di dalam jamuan pernikahan. Suara gesekan biola terdengar mengiringinya.

Ia memandang istrinya dengan mesra, lalu berkata, "Alangkah baiknya bila tersedia rumah bagi kita." Maka diputarnya kembali tombol itu. Sebuah rumah telah tersedia, siap untuk dihuni.

"Ah, betapa sepinya kalau belum punya anak!" pikirnya lagi. Ia pun tak sabar menanti. Kembali tombol itu diputar. Kini ia sudah memangku anaknya. Wajahnya sudah kelihatan sedikit lebih tua. Sambil memandang sawahnya dari jendela, ia berkata dalam hati, "Sayang sekali panen belum tiba!" Diam-diam diputarnya tombol ajaib itu. Maka panen pun berlimpah memenuhi rumahnya.

Demikian waktu berjalan terus. Si petani selalu mempunyai keinginan baru, namun tidak sabar menunggu. Keinginannya selalu dipenuhi dengan memutar tombol ajaib itu. Kehidupannya berlalu cepat. Tanpa sadar ia telah tua dan terbaring menjelang ajal. Tak ada yang perlu diputar lagi. Dikenangnya semua masa lalunya. Betapa menyesal ia! Ia belum pernah sempat menikmati waktu yang telah berlalu dengan sangat cepat itu. Kini sadarlah ia. Menunggu itu sesungguhnya mempunyai arti tersendiri. Justru karena menunggulah membuat hidup ini menjadi indah.

Ah, seandainya waktu bisa ia putar balik lagi! Dengan gemetar ia mencoba memutar tombol ajaib itu ke kiri. Hup! Ia tersenrak bangun. Dilihatnya sekeliling. Ia masih terbaring di bawah pohon yang rindang itu, menunggu kekasihnya.

Sekarang ia benar-benar sadar, apa artinya menunggu. Ketidaksabarannya lenyap. Dengan hati lapang ia menunggu. Ia bisa merasakan kini, bahwa hidup ini sungguh indah. Langit yang biru tenang, kicau burung yang bermain-main dengan kumbang di rerumputan...

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar