Minggu, 29 Mei 2016

Kumpulan Dongeng Bobo 02. Story 4 - Ular dan Mimpi


Di sebuah negeri, ada seorang raja yang bermimpi aneh. Ia melihat seekor serigala yang ekornya tergantung di atap istana. Raja mengumpulkan para menteri dan penasihatnya untuk mengartikan mimpi tersebut. Namun, tak seorang pun yang tahu. Raja lalu menyuruh rakyatnya berkumpul dan mengartikan mimpi itu.

Ada seorang petani ingin mencoba mengartikan mimpi sang Raja. Dari desa ia menyusuri hutan menuju ke istana. Di tengah jalan ia bertemu seekor ular yang melingkar di depan gua. Ular itu menegurnya, "Mau kemanakah Tuan, sepagi ini?"

Pak Tani lalu bercerita tentang mimpi Raja itu. Ular tersenyum mendengarnya.

"Oh, gampang sekali artinya!" kata Ular. "Jika Tuan berjanji akan membagi separuh dari hadiahnya padaku, aku bersedia memberitahu artinya pada Tuan!"

Pak Tani sangat gembira dan setuju dengan syarat si Ular.

"Baiklah," kata Ular. "Arti mimpi itu adalah bahwa saat ini di seluruh kerajaan telah merajalela penipuan dan kemunafikan!"

Pak Tani mengucapkan terima kasih, dan meneruskan perjalanannya. Ia menghadap Raja dan menceritakan apa yang dikatakan si Ular. Raja merasa puas akan jawaban itu. Beliau menghadiahi petani itu barang-barang yang mahal harganya.

Dalam perjalanan pulang, Pak Tani berpikir licik. Ia tak mau membagi hadiah itu kepada ular. Maka ia pulang menempuh jalan lain.

Tak lama kemudian Raja bermimpi lagi. Ia melihat sebatang pedang tergantung di atap istana. Segera disuruhnya pengawal memanggil Pak Tani. Betapa takutnya Pak Tani, karena ia sendiri tak bisa mengartikan mimpi itu.

Terpaksa ia menemui Ular di depan guanya. Namun Ular itu tak nampak. Pak Tani berteriak memanggilnya. "Wahai Ular! Keluarlah sebentar!" Setelah berkali-kali memanggil, akhirnya si Ular keluar juga.

"Mengapa Tuan memanggilku?" tanya Ular.

"Baginda bermimpi lagi," kata Pak Tani. Ia menceritakan mimpi raja itu. Ular bersedia mengartikan mimpi itu dan memberi syarat seperti dulu. Pak Tani setuju. "Beritahu kepada Raja, arti mimpi itu adalah tak lama lagi akan terjadi peperangan. Raja hendaknya bersiap-siap mempertahankan negerinya ini!"

Pak Tani mengucapkan terima kasih dan meneruskan perjalanannya. Ia menyampaikan kepada Raja apa yang diucapkan si Ular. Raja merasa sangat puas. Ia memberi hadiah kepada Pak Tani lebih banyak dari yang dulu.

Kali ini pun Pak Tani tak ingin membagi hadiahnya pada Ular. Ia bahkan punya rencana keji. Dalam perjalanan pulang, di depan gua Ular telah menunggunya.

"Mana hadiah bagianku?" pinta Ular.

"Inilah bagianmu!" Pak Tani menghunus pisau. Ular segera melarikan diri masuk gua. Namun Pak Tani sempat melukai ekornya. Pak Tani lalu pulang bersama setumpuk hadiahnya.

Waktu berlalu tanpa terasa. Seperti yang diramalkan Ular, terjadilah peperangan yang dahsyat di negeri itu. Namun tentara Raja berhasil mengalahkan musuh. Suasana aman kembali.

Tak lama kemudian Raja bermimpi lagi. Kali ini tentang biri-biri yang tergantung di atap istana. Sekali lagi Pak Tani disuruh menghadap Raja.

Kini Pak Tani betul-betul cemas.

"Bagaimana aku harus meminta bantuan Ular? Dia telah kutipu, dan ekornya telah kulukai!" gumamnya risau.

Namun karena tak ada jalan lain, ia terpaksa pergi ke gua si Ular. Di sana Pak Tani memanggil-manggil hingga suaranya parau. Ular tetap tak mau keluar. Namun saat Pak Tani sudah mulai putus asa, Ular akhirnya keluar juga.

Dengan malu-malu Pak Tani meminta maaf, lalu menceritakan mimpi sang Raja. Si Ular sekali lagi memberitahu arti mimpi itu. Pak Tani mengucapkan terima kasih, dan bergegas menuju ke istana.

Pak Tani memberitahu arti mimpi itu, yakni, kini negara dalam keadaan aman dan tenteram. Rakyat hidup bahagia. Raja merasa senang, dan menghadiahi Pak Tani lebih banyak lagi.

Kali ini Pak Tani pulang ke desa melalui jalan biasa. Di depan gua ular sudah menanti.

"Wahai Ular," kata Pak Tani. "Engkau sungguh amat sabar. Meskipun aku telah menipu dan melukaimu, engkau tetap baik dan mau memberitahuku arti mimpi itu. Kini terimalah bagian hadiah ini. Nanti akan kukirim setengah dari hadiah-hadiah yang dulu. Maafkanlah atas kekhilafanku!"

Ular itu mendengar dengan tenang.

"Jangan risaukan kejadian yang dulu itu," jawabnya. "Itu bukan salah Tuan saha. Apakah Tuan ingat? Mimpi pertama adalah tentang serigala. Negeri ini penuh dengan penipuan dan kemunafikan. Tuan pun menjadi salah seorang penipu itu. Itulah sebabnya Tuan pulang mengambil jalan lain. Kedua, tentang pedang. Negeri ini penuh dengan kelaliman, pembunuhan, dan pertengkaran. Tuan pun hanya salah satu dari antara banyak orang yang lalim dan kejam. Maka Tuan melukai ekorku. Kemudian keadaan menjadi aman. Semua orang merasa damai pula. Seperti orang lain, Tuan pun menjadi seorang pemurah hari. Semoga Tuhan memberkatimu! Kekayaan itu tiada gunanya bagiku. Karena itu ambillah semua harta itu untuk Tuan!" Setelah berkata demikian, Ular menghilang ke dalam gua.

Tinggal Pak Tani yang diam terpana.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar